Kamis, 13 Juli 2017

Tata Cara Bersedekap Dalam Shalat

Tata Cara Bersedekap Dalam Shalat

Selamat Datang di طَلَبُ الْعَلْمِ

Tata Cara Bersedekap Dalam Shalat

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh..
Bismillahirrahmanirrahim...
Muncul lagi masalah yang kian Polpuler, yang dimana pendapat semakin meruncing sehingga saling menyalahkan antara satu sama lain dalam Bab Shalat, ialah tentang cara bersedekap. Ada yang mengatakan cara bersedekap yang dilakukan orang lain itu salah, ada juga yang mengatakan shalat yang dilakukan oleh orang itu adalah gaya shalat Yahudi.

Artikel ini tidak untuk saling menyalahkan, tapi untuk menjelaskan pendapat Imam 4 Madzhab tentang perkara Tata Cara Bersedekap Dalam Shalat.

Tata Cara Bersedekap Dalam Shalat memang perlu dibahas karena dikhawatirkan bermuculan fitnah yang telah sengaja disebar, oleh orang ahli menyalahkan dan membid'ahkan dan saling mentahdzir tata cara shalat orang lain yang berbeda dengan mereka. Alangkah baiknya para pendakwah menyampaikan seluruh keterangan yang ada dalam Qur'an dan Sunnah tanpa menutup pendapat yang yang lain, walau pemilihan tatacaranya harus berbeda sesuai tafsir ulamanya masing-masing.

Semoga bermanfaat.

Simak dengan Baik artikel ini



Tata Cara Bersedekap Dalam Shalat

Masalah dimana diletakkan kedua tangan itu pada saat berdiri shalat, memang para ulama sejak dahulu memang berbeda pendapat. Setidaknya di dalam pendapat para ulama mazhab empat ada dua posisi yang berbeda.

Pertama di bawah pusar, kedua di antara dada dan pusar, ketiga tangan tidak bersedakep dan lurus saja menjuntai ke bawah.

1. Di bawah Pusar : Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah
Mereka yang mengatakan bahwa posisi tangan itu di bawah pusar diantaranya adalah Al-Hanafiyah dan Al-Hanabilah. [1]

Imam al-Kasani (w. 587 H) menuliskan dalam kitab Al-Bada'i sebagai berikut :

وأما محل الوضع فما تحت السرة في حق الرجل والصدر في حق المرأة

Adapun tempat bersedekap, adalah dibawah pusar untuk laki-laki dan di dada untuk perempuan.[2]

Al-Khiraqi (w. 334 H) juga menyebutkan tentang posisi tangan di bawah pusar dalam kitab Mukhtasharnya.

ثم يضع يده اليمنى على كوعه اليسرى ويجعلهما تحت سرته

Kemudian meletakkan tangan kanan diatas pergelangan tangan kiri, lalu meletakkannya dibawah pusar. [3]

Mereka yang berpendapat seperti ini umumnya berlandasan dengan hadits shahih berikut ini :

مِنَ السُّنَّةِ وَضْعُ اليَمِيْنِ عَلىَ الشِّمَالِ تَحْتَ السُّرَّةِ

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra,"Termasuk sunnah adalah meletakkan kedua tangan di bawah pusat".(HR. Ahmad dan Abu Daud).

Tentu perkataan Ali bin Abi Thalib ini merujuk kepada praktek shalat Rasulullah SAW, sebagaimana beliau menyaksikannya.

Al-Hanabilah berkata bahwa maksud dari diletakkannya tangan pada bagian bawah pusar untuk menunjukkan kerendahan di hadapan Allah SWT.

2. Antara Pusar dan Dada : Asy-Syafi'iyah
Mazhab Asy-Syafi'iyah menyebutkan bahwa tangan diletakkan pada posisi antara dada dan pusar. Dan bahwa posisinya agak miring ke kiri, karena disitulah posisi hati, sehingga posisi tangan ada pada anggota tubuh yang paling mulia.

Al-Muzani (w. 264 H) menyebutkan dalam kitab Mukhtasharnya :

ويرفع يديه إذا كبر حذو منكبيه ويأخذ كوعه الأيسر بكفه اليمنى ويجعلها تحت صدره

Dan mengangkat kedua tangan ketika takbir sampai sebatas pundak, lalu bersedekap dengan telapak tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri. Lalu meletakkannya dibawah dada. [4]

Al-Imam an-Nawawi (w. 676 H) juga menyebutkan bahwa meletakkan tangan diantara dada dan pusar adalah pendapat yang shahih dan mansush dalam Madzhab Syafi’i. [5]

Bagaimana dengan Bersedekap di Dada
Kalau merujuk kepada pendapat ulama salaf, khususnya mazhab fiqih yang muktamad dalam ilmu fiqih, nampaknya tidak ada satu pun yang mengatakan bahwa posisi tangan sewaktu shalat di letakkan di dada.

Pendapat semacam itu baru kita temukan belakangan , di kalangan tokoh-tokoh mutaakkhkhirin, seperti As-Shan’ani, As-Syaukani, Al-Mubarakfuri dan Al-Albani. Mereka ini pada dasarnya bukan ulama fiqih yang mewakili mazhab fiqih tertentu dan hidup di masa yang jauh dari masa salafushshalih.

Ash-Shan'ani dengan kitabnya Subulussalam. Dalam pendapatnya beliau memang lebih cenderung memposisikan tangan di dada. Dan beliau wafat di tahun 1182 hijriyah, ada rentang waktu 12 abad sejak masa Rasulullah SAW.[6]

Asy-Syaukani berpendapat dalam kitab Nailul Authar cenderung memposisikan tangan di dada. Beliau ulama yang wafat tahun 1250 hijriyah, sekitar seabad sesudah Ash-Shan'ani wafat.[7]

Al-Mubarakfuri yang juga memposisikan tangan di dada. Beliau menuliskan pendapatnya itu dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi. Beliau wafat tahun 1352 hijriyah. [8]

Al-Albani : terakhir yang berpendapat bahwa posisi tangan di dada adalah Al-Albani yang wafat di abad sekarang ini, tepatnya tahun 1420 hijriyah. Pendapatnya dituliskan dalam kitab kontroversial, Shifat Shalat Nabi.[9]

Namun sebelum masa mereka, tidak ada ulama yang mengatakan bahwa posisi tangan di dada. Setelah syariah Islam berusia 12 abad di dunia, barulah muncul pendapat yang mengatakan bahwa posisi tangan di dada.
Keliru Dalam Penisbatan Bersedekap di Dada

Memang ada kalangan tertentu yang menisbatkan pendapat ini kepada ulama salaf, tetapi setelah diteliti lebih dalam, ternyata penisbatan itu kurang tepat penisbatan itu.

Misalnya Imam al-Qurthubi (w. 671 H) menisbatkan pendapat ini kepada Shahabat Ali bin Abi Thalib (al-Qurthubi w. 671 H, Tafsir al-Qurthubi, h. 8/ 7311). Tetapi penisbatan ini tidak tepat. (Muhammad Syamsul Haq al-Adzimabadi w. 1329 H, at-Ta’liq al-Mughni, h. 1/ 285).

Ali bin Abu Bakar al-Marghinani al-Hanafi (w. 593 H) menisbatkan pendapat ini kepada Imam as-Syafi’i (w. 204 H) dalam kitabnya al-Hidayah fi Syarh Bidayat al-Mubtadi’, h. 1/ 47.
Penisbatan ini tidak tepat, karena pendapat Imam as-Syafi’i sebagaimana dinyatakan oleh ulama-ulama as-Syafi’iyyah tidak seperti itu (Lihat: Ismail bin Yahya al-Muzani w. 264 H, Mukhtashar al-Muzani, h. 107).

Nashiruddin Al-Albani (w. 1420 H) juga menisbatkan pendapat ini kepada Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H) dalam kitabnya Irwa’ al-Ghalil, h. 2/ 71.
Penisbatan ini juga tidak tepat, karena menurut Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H) justru yang lebih kuat secara dalil adalah meletakkan tangan dibawah pusar. (Ishaq bin Manshur al-Maruzi al-Kausaj w. 251 H, Masa’il al-Imam Ahmad wa Ishaq bin Rahawaih, h. 2/ 552).

Dalam masalah ini, bisa diambil sedikit gambaran bahwa malahan tak ada satupun ulama fiqih madzhab empat yang berpendapat meletakkan tangan diatas dada saat shalat.Bahkan, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa meletakkan tangan di atas dada bagi Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) saat shalat hukumnya makruh.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Referensi :
[1] Ibnu Quddamah, Al-Mughni, jilid1 hal 515
[2] Alauddin Abu Bakar al-Kasani al-Hanafi, Bada’i as-Shana’i, jilid 1 hal. 201
[3] Umar bin Husain al-Khiraqi Al-Hanbali, Mukhtshar al-Khiraqi, hal. 22
[4] Al-Muzani, Mukhtashar al-Muzani, hal. 107
[5] Al-Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 3 hal. 310
[6] As-Shan’ani , Subul as-Salam, jilid 1 hal.168
[7] As-Syaukani, Nail al-Authar, jilid. 1 hal. 189
[8] Al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Ahwadzi, jilid 2 hal. 84
[9] Al-Albani , Sifat Shalat Nabi, hal. 69.

Lihat Juga
Tata Cara Bersedekap Dalam Shalat



banner
Previous Post
Next Post

0 komentar: